VIVAnews - Di era tahun 60-an, merencanakan liburan ke Planet Mars terdengar seperti cerita fiksi ilmiah. Tapi, pada dekade ini, rencana itu bukan lagi khayalan semata. Proyek miliaran dolar ini akan diwujudkan oleh pihak swasta, bukan oleh pihak-pihak pemerintah, seperti NASA.
Meski masih terdengar aneh di telinga, misi itu nyata. Mars One adalah salah satu perusahaan asal Belanda yang menggagas misi pengiriman awak ke Mars. Empat awak yang "beruntung" akan dikirim bertamasya ke Planet Merah pada tahun 2018 mendatang.
Gila? Tidak juga. Kalau ingin dibilang demikian, misi "berani mati" ini tidak mungkin dibanjiri peminat. Terbukti, sejumlah besar orang di Bumi sangat tertarik meninggalkan planet ini dan mencari kehidupan baru di Mars.
"Sejak Mars One membuka pendaftaran pada 21 April 2013 sampai saat ini, sudah ada 78.000 orang yang mendaftar," kata Bas Lansdorp, CEO Mars One.
Misi ini akan menjadi tonggak sejarah baru dan orang-orang itu ingin mencatatkan namanya dalam catatan sejarah. "Kami meramalkan jumlah pelamar misi ini akan mencapai setengah juta orang," ujar Lansdorp optimis.
Konon, proyek monumental ini akan menelan biaya yang tidak kecil, bahkan boleh dibilang fantastis, sebesar US$6 miliar, atau setara Rp58,2 triliun.
Untuk mendapatkan biaya sebesar itu, Mars One akan menawarkan video reality show ke televisi-televisi di seluruh dunia mengenai tahapan-tahapan sebelum empat orang terpilih diterbangkan dan sampai ke Mars.
Lansdorp menjelaskan bahwa setiap pelamar akan dimintai biaya sebesar US$5 sampai US$75, besarnya tergantung asal negara pelamar. Misalnya, untuk pelamar dari Amerika Serikat Mars One mematok biaya US$38, sekitar Rp350 ribu per orang.
Sejauh ini, Mars One telah menerima pelamar dari 120 negara. 10 negara teratas dalam jumlah pelamarnya adalah Amerika Serikat sekitar 17.324 orang, China 10.241 orang, Inggris 3.581 orang, dan sisanya tersebar dari Rusia, Meksiko, Brasil, Kanada, Kolombia, Argentina, dan India.
Misi "Berani Mati" Lain
Mars One bukan satu-satunya perusahaan yang merencanakan misi ke luar angkasa untuk manusia. Sebelumnya, Golden Spike bersama beberapa perusahaan lain yang didukung badan antariksa, telah merencanakan wisata ekspedisi dengan mengirimkan dua orang ke bulan pada tahun 2020. Proyek ini dikabarkan menelan dana sebesar US$1,4 miliar, setara Rp13,5 triliun, per misi.
Lain lagi dengan Inspiration Mars Foundation, mereka sedang bersiap-siap meluncurkan sepasang suami istri yang mau plesiran ke Mars pada tahun 2018. Disiarkan VIVAnews sebelumnya, waktu yang ditempuh untuk perjalanan pergi dan pulang diperkirakan 501 hari. Sudah pasti berhasil? Tidak ada yang menjamin. Skenario terburuk adalah mati dan jasad Anda melayang-layang di luar angkasa.
Tapi, secara mengejutkan, rencana kedua perusahaan untuk mengirimkan manusia ke ruang angkasa mendapat dukungan penuh dari NASA. Namun, tidak termasuk dukungan finansial. Kedua perusahaan masih mengumpulkan donasi dan sponsor untuk merealisasikan megaproyek ini.
Inspiration Mars boleh dibilang lebih mujur. Rencananya mendapat dukungan dari jutawan asal California, Dennis Tito. Ia mengatakan, rencananya ini adalah murni untuk kemanusiaan, tujuannya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan bagi generasi muda di dunia, khususnya Amerika Serikat.
Menurut Taber MacCallum, Kepala Teknologi Inspiration Mars Foundation, tim kini masih dalam tahap persiapan dengan melakukan beberapa uji coba dan sejumlah hasilnya telah dilaporkan ke Tito.
"Ia (Tito) pun telah berkomitmen untuk mendukung usaha ini untuk dua tahun pertama. Selanjutnya, ia sedang menambah pemasukkannya, karena misi ini butuh biaya yang sangat mahal," kata MacCallum, dilansir NbcNews, 7 Oktober 2012.
Beda halnya dengan Golden Spike. Dalam hal pembiayaan, perusahaan menyiasatinya dalam sebuah bisnis. Ya, mungkin dibuatkan semacam karcis untuk perjalanan wisata ke bulan. Namun, untuk biaya belum disebutkan.
Golden Spike menegaskan bahwa misi ke bulan ini sudah menggunakan teknologi tinggi dan minim resiko. "Bahkan, kami sudah tahu pesawat luar angkasa akan mendarat di mana sebelum proses peluncuran," tegas Doug Griffith, salah seorang penasehat di Golden Spike.
Mulai tahun depan, perusahaan membuka pendaftaran bagi siapa saja yang ingin terbang ke bulan. "Tak perlu meragukan misi ini. Kami sudah mempelajari bagaimana NASA mengirimkan astonot ke bulan pada tahun 1969. Jadi, ini adalah waktu yang tepat untuk Anda terbang ke bulan," tutur Griffith.
Perjalanan ke Mars
Kendati jarak Bumi dan Mars sangat jauh, tapi beberapa misi luar angkasa yang mengirimkan robot sampai ke Mars telah sukses.
Bagaimana jika kita mulai membayangkan perjalanan ke Planet Merah itu dengan jalur lurus dari Bumi dengan kecepatan tiga kali kecepatan cahaya. Berapa waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke sana? Anda bisa merasakan sensasinya di sini. (www.distancetomars.com)
Sudah? Bagaimana, Anda berminat terbang ke Planet Merah itu?
Saat ini, tak sedikit peneliti yang memperkirakan jarak Bumi dan Mars adalah 40 juta mil, atau sekitar 56 juta kilometer. Artinya, jarak keduanya sekitar 170 kali jarak Bumi ke bulan.
Namun, berdasarkan hitungan dari David Paliwoda dan Jesse Williams, yang dipublikasikan di laman Distancetomars, Bumi dan Mars berada pada sisi berlawanan dan dipisahkan oleh Matahari.
Sekarang ini, jarak Bumi dan Mars adalah 225 juta mil, atau sekitar 362 juta kilometer. Bahkan, saking jauhnya, para insinyur yang ingin mengirimkan suara perintah ke Robot Curiosity di Mars harus merekamnya terlebih dahulu.
Pasalnya, jika perintah suara itu langsung diberikan kepada Curiosity, dipastikan suara itu akan hilang sebelum sampai ke Mars. Terlalu banyak gangguan di Sistem Tata Surya.
Untuk sampai ke Mars, Curiosity telah melakukan perjalanan selama delapan bulan 11 hari. Jarak yang ditempuh sekitar 352 juta mil, atau 567 juta kilometer.
0 komentar:
Posting Komentar